Senin, 07 Juli 2014

INDONESIA dalam GENGGAMAN

Maaf jika tulisanku jauh dari kata sempurna. Karena semua orang berhak mengeluarkan aspirasinya meski tak sesempurna orang yg dianggap sempurna.

Kalian pasti tau, 2014 ini disebut oleh sebagian orang sebagai Tahun Demokrasi. Pada awalnya saya acuh dg apa yg dikatakan orang, terutama orang-orang Intelektual yg sering muncul dilayar kaca.
Sedari kecil aku memang tak menyukai yang namanya Dunia Politik dan seolah-olah aku "Buta Politik" hingga sekarangpun aku masih berkeyakinan demikian, hanya saja mengingat usiaku yg sudah bukan anak kecil lagi, aku sadar harus paham dan ngerti tentang gejolak-gejolak yg kadang menimbulkan masalah ini, sebut saja Dunia Politik, ya setidaknya tau dari sumber-sember yg terpercaya bukan dari provokasi media.

Hanya sekedar tau pun, aku merasa sulit apalagi aku dibesarkan di Lingkungan yg jauh dari kata Politik Bersih, sedari dulu Politik yg aku tau hanyalah bagi-bagi uang dan bagi-bagi uang. Bukan hal yg baru lagi didunia PerPolitikan kita, maklum di sebuah desa -bisa dibilang- Pelosok yakni Gunungkidul, Jogjakarta ketika musim kampanye tiba semua warga masyarakat dari berbagai lapisan seakan tak malu bertransaksi politik bagi-bagi uang sana sini. Aku cuek.

Sejak penggulingan Soeharto, tahun 1998, ketika itu usiaku baru 4 tahun, dari kota kelahiranku Surakarta kemudian pindah ke Jogjakarta karena alasan keamanan pada saat itu. Entah apa sebenernya yg terjadi pada masa politik saat itu, yang jelas keadaan di Jakarta dan Surakarta waktu itu mencekam dan hampir di Hancurkan kala mengawali masa Reformasi. Aku menguak cerita ini dari tokoh yang sampai saat ini masih hidup dan juga ikut terlibat dalam situasi saat itu, baru-baru ini.
Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas ku di Jogjakarta aku memutuskan untuk kembali ke kota kelahiran, Surakarta. Sejak 2012 aku berada disini jauh dari orangtua, itu yang membuatku kian mandiri dan mencoba mencari arti-arti kata dibalik kata Politik yg telah lama menjadi tanda tanya dalam benakku pribadi.
Bukannya aku ingin masuk ataupun terjun langsung kedunia Politik Bukan, aku hanya ingin sekedar tau dan paham, karena secara tidak langsung kelangsungan dan kelancaran hidup di Indonesia bisa dikatakan tergantung Pemerintahan, dan pemerintahan harus bernahkodakan Politik untuk bisa menjadi "Penguasa" di Indonesia. Ironis memang.

Singkat cerita, awal aku di Surakarta ini 2012, waktu itu kota ini masih dipimpin oleh Walikota Ir. Joko Widodo Namun gembor-gembornya saat itu juga beliau Jokowi (nama familiernya) dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta seirama dg habisnya jabatan Fauzi Bowo yang menjabat sebagai gubernur saat itu. Pada waktu itu mendengar dari berbagai media Jokowi memenangkan PilGub dg 2 kali putaran. Kemudian Surakarta dipimpin oleh F.X Hadi Rudyatmo sampai dg sekarang ini.
Yang saya amati saat Pencalonan Jokowi menjadi gubernur DKI Jakarta sambai beliau terpilih adalah orang-orang hebat dibalik itu. Beliau Jusuf Kalla sebagai aktor dibalik layar, dan Megawati Soekarno Putri serta H. Prabowo Subianto sebagai penggerak kampanye saat itu. Bahkan Prabowo (nama familiernya) ikut andil dalam memberi dana kampanye kurang lebih 10 M saat itu. Jadi Prabowo ini orang yg sangat luar biasa, juga dalam perjalanan karir kepolitikannya sampai saat ini beliau mencalonkan diri sebagai Presiden ke-7 dalam catatan sejarah buku Indonesia. Beliau hebat.

Aku, sebagai pemilih pemula tentunya tidak tau siapa yg terbaik diantara dua orang hebat ini. Walau aku selalu mengikuti debat Capres tahap 1-5, namun aku tetep bimbang dalam menjatuhkan pilihan.
Aku mecoba menimbang-nimbang antara yang satu dengan yang lain, melihat mereka dari sudut pandang yg berbeda. Aku sama sekali tak memasukan kampanye hitam dalam pertimbangan ini. Aku tidak mau menelan mentah-mentah Black Campaign yg beterbangan diberbagai media massa. Waktu semakin berlalu dan aku belum mendapatkan titik terbaik yg selama ini aku cari, tibalah waktunya H-1 dalam menentukan sikap dan memberikan aspirasi untuk Bumi Pertiwi ini, setidaknya untuk perubahan 5 tahun kedepan. Jujur bukan hal mudah buatku sebagai pemuda yg tumbuh bukan di Lingkungan politik, bertahun-tahun terkesan menutup diri tentang berbagai hal yg berhubungan dg politik.

9 Juli 2014, besok, lebih dari 188 juta penduduk (Pria: 94.301.112 Orang. Wanita: 93. 967. 311 Orang) dari sekitar 240 juta penduduk Indonesia akan menyuarakan aspirasi masing-masing dibalik bilik suara. Aku berharap semuanya akan lancar dan bersih. Ini adalah menjadi Pilpres 2014 yang pertama dan terakhir, dalam artian lain tidak ada Pemilihan Ulang mengingat cuma ada 2 kandidat Calon Presiden. Karena selisih 1 Orang suara saya mempunyai pengaruh besar. 2 figur yang berbeda serta dari latar belakang yg berbeda pula tentunya ini menjadi pilihan yg sulit bagi setiap orang, bagi pakar politik sekalipun.
Kalo dibilang adil ya kurang adil, kalo dibilang tidak adil ya memang begini adalah cara yg terbaik dan lazim untuk menentukan Presiden menurut Undang-Undang, iya DEMOKRASI. Kenapa ada kata adil dan tidak adil? Coba kita bayangkan, satu suara seorang preman dan satu suara seorang Ulama dihitung sama yakni satu, itu bukan masalah, yang menjadi pokok masalah menurut pandangan saya adalah orang yg memilih dengan kejujuran hati nurani dan Orang yang memilih dg keterpaksaan karena soal uang juga dihitung sama yakni satu. Akan tetapi apapun itu siapapun itu dan sekarang saatnya kita perlu menggunakan hak kita dg sebaik mungkin. Jangan sampai suara kita dibeli untuk kehancuran bangsa sendiri.

Ingat !! Seandainya suara kita dibeli, lalu dikemudian hari pemerintah banyak yg korupsi itu salah kita. Kenapa demikian? Yang buat membeli suara kita itu uang siapa? Uang pribadi? Oke masuk akal. Tapi seandainya mereka membeli suara kita dg uang pribadi apakah mereka mau jika tidak ada yg namanya uang diganti rugi?
Nah disinilah keadilan yang disebut oleh mereka itu tiba, iya KORUPSI. untuk apa? Untuk mengganti uang pribadi yg awalnya digunakan untuk membeli suara kita.
Nah.. maka dari itu temen-temen jangan sampai kita hanya berfikiran pendek. Setidaknya diatas itu adalah sebuah contoh dari banyak contoh yang menjadikan Perpolitikan di Negeri ini menjadi bobrok.
Kalian mau Negara ini stagnan? Kalian mau Negara ini jalan ditempat? Kalian mau Negara ini mundur ke belakang? Kalian mau Negara ini hancur? Hanya karena sistem politik yg rusak.
Semua jawaban itu ada dihati kalian masing-masing, terutama dihati temen-temen yg sudah mempunyai hak pilih atau berusia 17 tahun keatas. Saatnya memilih dg cerdas saatnya memilih dg hati, saatnya memilih dg logika dan saatnya memilih dg pertimbangan yang berorientasi pada masa depan.

Kini..
MASA DEPAN ada di TANGAN KITA.
Kini..
INDONESIA ada di TANGAN KITA.
Kini..
INDONESIA dalam GENGGAMAN KITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar